Anak Jajan Aman, Buka Kantin Sehat Yuk!

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Anak Jajan Aman, Buka Kantin Sehat Yuk!
Oct 19th 2011, 10:15

Lifestyle » Family » Anak Jajan Aman, Buka Kantin Sehat Yuk!
Rabu, 19 Oktober 2011 - 17:15 wib

Fitri Yulianti - Okezone

(Foto: gettyimages)
(Foto: gettyimages)

JAJANAN tidak aman anak sekolah semakin disorot banyak kalangan. Ketika Anda peduli kesehatan si kecil, mengapa tidak membuka kantin sehat?

Menurut Data Badan Pengawas Obat Masalah (BPOM) pada 2010, sekolah menempati urutan kedua (26,9 persen) sebaran terbanyak keracunan pangan di Indonesia, setelah tempat tinggal (56,52 persen). Faktanya sebagian jajanan yang beredar di sekolah, baik di perkotaan dan pedesaan, banyak mengandung bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi ambang batas, beberapa mengandung bahan kimia yang dilarang termasuk residu pestisida, higienitas makanan juga sangat rendah karena dijual di tempat terbuka dan tanpa pelindung memadai.

Bila diklasifikasikan, kasus keracunan makanan di sekolah di antaranya disebabkan oleh:
1. Cemaran mikroba karena rendahnya kondisi higienitas dan sanitasi.
2. Cemaran kimia karena kondisi lingkungan yang tercemar limbah industri dan limbah bahan kimia pertanian.
3. Penyalahgunaan bahan berbahaya yang dilarang untuk pangan (formalin, rhodamin B, boraks, methanil yellow).
4. Cemaran fisik, berupa potongan kayu, pasir, batu, pecahan kaca, isi staples, dan sebagainya.

Bila menunggu tindakan nyata banyak pihak tak jua datang, orangtua diharapkan memiliki pemahaman soal kebutuhan gizi anak. Salah satunya soal jajanan sehat untuk anak.

"Masalah gizi di Indonesia tidak hanya karena enggak punya uang, tapi juga kurangnya pengetahuan. Anak perlu alternatif makanan sehat. Apalagi sekarang, trennya anak sekolah semakin mudah mengenal makanan tidak sehat," kata Arif Mujahidin selaku Corporate Communications Manager PT Sari Husada kepada okezone usai diskusi "Gizi Lintas Generasi; Tantangan Gizi Anak Dulu, Kini dan Nanti" di Jakarta, belum lama ini.

Ketersediaan alternatif yang bisa ditawarkan kepada anak salah satunya kantin sehat. Moms bisa memulai ide ini dengan menghimpun para orangtua yang punya pemikiran dan niat yang sama.

"Memang perlu modal, tapi yang utama menghimpun teman seide bahwa daripada warung menjual jajanan tidak sehat, lebih baik kita saja yang mengelola. Kemudian, tanamkan cara berpikir bahwa kita menyediakan makanan sehat untuk mengantarkan anak kita cerdas dan jadi pemimpin. Jadi, ada nilai moralnya," sahut Ahmad Sulaeman PhD selaku Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi IPB pada kesempatan yang sama.

Prof Ahmad mengatakan, BPOM menyediakan sarana bila Moms ingin membuka kantin sehat, yakni lewat Bagian Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. "Direktur Surveilan dan Penyuluhan BPOM Halim Nababan, dia akan kasih CD tutorial yang bisa digandakan. Anda tinggal menyiapkan menunya, pengelola warung dilatih masalah personal hygiene, bahaya pangan tidak aman, cara cuci tangan yang baik, dan sebagainya," paparnya.

Namun, tak lupa ia mengingatkan bahwa pedagang tradisional (penjual makanan tidak sehat) sebaiknya turut diajak. Tujuannya, tidak menciptakan kesenjangan sehingga lama-kelamaan akan timbul kesadaran hidup bersih dari mereka.

"Jangan ditinggalkan, tapi diajak. Pernah kasus di Surabaya, anak-anak disuruh makan sehat, tapi penjual (tradisionalnya) enggak diajak. Sekolahnya lalu dilempari. Kalau mereka masih mau berjualan, kasih syarat dengan pemaksaan bila perlu," sarannya.

Selain mengelola sendiri kantin sehat bersama orangtua murid, Moms juga punya alternatif lain seperti warung sehat yang digagas PT Sari Husada.

Warung Sehat Sari Husada

Sejak pertengahan 2011, PT Sari Husada menggagas warung sehat yang kini berjumlah 17 warung, baik bersifat permanen maupun mobile. Bersama Dompet Dhuafa, PT Sari Husada menyeleksi lokasi yang memungkinkan dibuatnya warung sehat, juga pengelola yang dinilai berkomitmen tinggi.

"Biasanya ibu-ibu Posyandu atau siapapun, yang pasti punya kemampuan dasar, kemauan, dan konsisten," tambah Arif.

Setelah direkrut, mereka diberi modal, sebagian kecil modal sendiri sebagai bentuk kepemilikan. Modal sekira Rp11 juta, ditambahkan Arif, harus dikembalikan, tapi dalam jangka panjang.

Tim penasihat kemudian menyeleksi jajanan yang boleh dijual. Penjual tak lupa diberi pemahaman tentang gizi karena selain menjual, dia harus menjadi konsultan gizi, bahkan dibekali android dengan software tentang gizi.

"Mereka diajarkan pembukuan, juga prediksi makanan basi karena makanan yang dijual tidak selalu dalam kemasan, seperti lontong, combro, dan lainnya," ujarnya.

Tak berhenti di situ, pengawasan terus dilakukan sepanjang warung berdiri. "Tentu saja, kalau dia menjual rokok, untungnya pasti gede, tapi sejauh ini ibu-ibu senang. Begitu dia yakin bahwa yang dilakukannya baik untuk anak-anak, dia akan senang," tutupnya.

(ftr)
mobile Nikmati berita terikini lewat ponsel Anda di m.okezone.com & bb.okezone.com untuk BlackBerry

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment