wanita gemuk (inmagine)
VIVAnews - Kelebihan berat badan atau kegemukan sering identikkan dengan sesuatu yang buruk dan merugikan kesehatan. Namun, dua studi yang dipublikasikan pekan lalu menemukan, orang gemuk juga bisa sehat seperti orang dengan berat badan normal.
Dalam artikel di Jurnal Archives of Internal Medicine terbaru, ilmuwan menemukan, tingkat kesehatan orang gemuk tergantung dimana lemak tersimpan dalam tubuh. Pada orang normal dan gemuk, lemak di perut lebih berisiko tinggi terkena jantung dan diabetes dibandingkan dengan lemak yang ada di bokong atau paha.
Tetapi untuk penderita obesitas, risiko terbesar diakibatkan adanya akumulasi lemak di hati.
Dalam satu studi, peneliti di Universitas Tübingen, Jerman, meneliti 314 pasien dan membaginya dalam empat kelompok: berat badan normal, kelebihan berat badan, obesitas tapi sensitif terhadap insulin, dan obesitas dengan resistensi insulin.
Ahli menemukan, tidak semua pasien obesitas memiliki profil kesehatan yang sama. Beberapa mengalami penyumbatan arteri, yang merupakan faktor risiko serangan jantung serta resisten insulin yang merupakan prekursor diabetes. Saat ini, tubuh kehilangan kepekaan terhadap hormon darah yang mengatur gula.
Tapi sekitar 25 persen penderita obesitas memiliki arteri bersih dan tidak mengalami resistensi insulin. Dari sisi medis, orang-orang ini tidak berbeda dari pemilik berat badan normal.
"Tidak seorang pun yang akan mengatakan kelebihan berat badan sehat," kata Lewis Landsberg, MD, dari Northwestern University Center on Obesity di Chicago. "Pesannya adalah kelebihan berat badan jauh lebih sehat bagi sebagian orang daripada yang lain," ucapnya dikutip Health.com
Perbedaan besar antara pasien obesitas dan rekan-rekan mereka yang sehat terkait akumulasi lemak di hati. Orang gemuk yang resisten insulin memiliki tingkat lemak hati lebih dari hampir dua kali lipat (8,8 persen) ketimbang orang dengan berat normal (3,5 persen).
Sebagai perbandingan, berat badan normal dan orang gemuk memiliki tingkat lemak hati masing-masing 1,9 persen dan 3,8 persen.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
0 comments:
Post a Comment