KOMPAS.com - Lomba Rancang Busana Muslim (LRBM), yang merupakan bagian dari program Indonesia Islamic Fashion Fair (IIFF), kembali digelar. Mengambil tema "Tribute To Indonesian Heritage", lomba ini mewajibkan para finalis untuk mengkreasikan unsur tradisional Indonesia dengan gaya yang modern, dengan tetap menonjolkan unsur busana muslim yang sesuai syariat.
Dari 36 peserta, hanya 8 yang maju ke grand final, yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Senin (22/8/2011) lalu. Hari itu kedelapan finalis juga menunjukkan karya busana mereka. Mereka adalah Tria Anggasari (Unforgettable Journey), Berlian Din Annisa (Sajumput Pamintan), Hj. Rosi Rostiana, SE, Ak (Merak Ngibing), Putri Puspita Sari, SE (Cultural Metaphores), Santi Iryanti (Kisah Bumi Serambi Mekah), Prestidina Aprilia (Magnifique Chic), Siti Aminah (Chamber of Color), dan Andi Camelia Natsir (Patch of Origami). Masing-masing peserta menampilkan satu gaun pesta dan dua busana kerja.
1. Finalis pertama yang tampil adalah Tria Anggasari. Perempuan kelahiran Bandung, 11 Oktober 1981 ini merancang dan membuat batik yang terinspirasi dari kebudayaan Sunda. Ia menggunakan motif Kujang dan Merak dengan aplikasi lukis dan payet. Tria memilih perpaduan warna pink, biru, dan coklat untuk ketiga koleksinya. Untuk busana pesta ia membuat gamis biru dengan rompi brokat berwarna coklat. Motif merak berwarna pink muncul di bagian bawah gamis, pada pergelangan tangan, dan dada hingga bahu. Ikat pinggang besar berwarna coklat senada dengan rompi, memberi unsur langsing pada pinggang.
Untuk koleksi busana kerja, Tria memilih celana palazzo yang dipadukan dengan blazer. Busana kerja lainnya berupa rompi coklat yang dipadukan dengan kemeja panjang pink. Pilihan warna coklat untuk celana, serta warna biru dan pink untuk atasan membuat busana kerja rancangannya tampil segar namun tetap tetap terkesan formal. Pilihan kerudungnya semua menggunakan model lilitan di leher sehingga tidak menutupi bagian dada.
2. Berlian Din Annisa, kelahiran Jakarta, 15 Agustus 1986, menampilkan busana gamis dengan perpaduan warna putih, biru, dan pink sebagai pilihan busana pesta. Berlian yang menggunakan kain tradisional Sasirangan dari Kalimantan ini justru lebih terlihat berkreasi pada dua busana kerja rancangannya. Kain Sasirangan tampak menonjol pada celana jodhpur berwarna biru yang dipadukan dengan atasan dengan warna senada namun lebih muda. Kain Sasirangan juga ia aplikasikan menjadi blazer berlengan panjang yang dipadukan dengan harem pants berwarna putih. Untuk kerudung, Berlian memilih kerudung-kerudung panjang hingga menutupi dada.
3. Santi Iryanti menjadi pemenang ketiga dari lomba rancang busana muslim ini. Lulusan D3 ISWI Jakarta ini menonjolkan kain tradisional Aceh untuk koleksinya yang bertema Kisah Bumi Serambi Mekah. Ia mengeksplorasi songket dan motif pintu Aceh dengan menggunakan bahan linen untuk kombinasi. Untuk gaun pesta, Santi menampilkan koleksi sackdress dengan ukuran yang lebih lebar dibandingkan gamis untuk busana kerja. Untuk busana kerja lainnya ia memadumadankan jumpsuit dengan aksen rok lilit. Pilihan warna biru tua dan merah marun mendominasi koleksinya. Untuk pilihan kerudung, semua model mengenakan kerudung lilit untuk dalaman, dikombinasikan dengan kerudung luar yang memiliki model berbeda-beda.
4. Hj Rosi Rosinta adalah Ketua Yayasan Bordir yang juga lulusan sekolah mode Susan Budiharjo. Pemenang favorit pilihan undangan ini menampilkan Batik Tulis khas Garut dan bordir. Motif batik tulis khas Jawa Barat (Garut) ini ia kembangkan ke dalam detail tenun Majalaya dan bordir Tasikmalaya. Untuk busana pesta, Rosi memilih merancang gamis yang dipadukan dengan cape berwarna senada. Motif batik tulis tampak menonjol dari bagian dada hingga paha. Untuk koleksi busana kerja, Rosi memilih celana yang dipadukan dengan blazer bermotif. Pada satu busana kerja, dalaman blazer tampak penuh di bagian dada dan pergelangan tangan seperti sirip ikan. Pilihan warna biru dan merah marun mendominasi koleksi busananya, sedangkan untuk kerudung, ia konsisten memilih warna coklat dengan model lilit.
5. Andi Camelia Natsir, kelahiran Ujung Pandang, 7 April 1983, mengangkat kekayaan budaya Sulawesi melalui busana muslim. Ia mengaplikasikan seni keterampilan melipat kertas atau origami menggunakan bahan sutra yang dibentuk seperti bunga Sakura asal Jepang. Untuk koleksi busana pesta, Andi juga memilih menampilkan gamis yang ia kombinasikan dengan blazer yang memiliki panjang sama dengan gamis di dalamnya. Untuk koleksi busana kerja, Andi juga membuat gamis namun dikombinasikan dengan model celana jodhpur. Jika yang satu menggunakan vest berlengan pendek, busana kerja lainnya dikombinasikan dengan blazer longgar. Pilihan warna Andi lebih cerah dibandingkan koleksi busana para finalis lain, yakni biru muda dan dominasi pink. Untuk kerudung ia memilih kerudung lilit dengan tetap menonjolkan warna pink.
6. Siti Aminah, kelahiran Pekalongan, 22 Desember 1983, adalah pemenang pertama lomba ini. Ia mengaplikasikan kain luruk dan motif Dayak untuk karya rancangannya. Teknik surface desain seperti fail, bordir, glitter, dan lukisan, serta teknik tropunto diterapkan untuk koleksi busananya. Untuk busana pesta ia memilih gamis polos berwarna oranye tua yang dikombinasikan dengan blazer panjang berwarna biru. Untuk koleksi busana kerja Siti memilih menampilkan rok panjang bergaris dengan glitter dan atasan oranye tua dengan tambahan rompi berwarna biru tua. Koleksi busana kerja lainnya adalah celana dengan atasan longgar yang ditutup rompi panjang bergaris. Pilihan warna pada keseluruhan busananya terdiri atas oranye tua, biru tua, dan coklat, yang juga tampil dalam warna kerudung lilit.
7. Juara kedua diraih Prestidina Aprilia, yang lahir di Jakarta, 27 April 1985. Presti mengangkat konsep basic shape a la Bauhauss. Konsep itu ia terapkan dalam tiga outfit, yang tampilannya terlihat sedikit maskulin, energik, dan crafty, namun tetap sesuai dengan kaidah busana muslim. Untuk busana kerja, ia memilih menampilkan gamis dengan aksen bunga yang memanjang dari bahu kanan hingga bawah lutut kanan. Sebagai busana kerja, ia memilih rok panjang bergaris dengan atasan berwarna putih yang dipadukan dengan cape berwarna biru. Busana kerja lainnya adalah celana yang dipadukan dengan kemeja dan blazer. Ia memilih kerudung lilit dengan warna yang sama untuk semua koleksi, yakni hitam. Khusus untuk busana pesta, Presti menambahkan hiasan pada kerudung lilit.
8. Putri Puspita Sari yang lahir di Jakarta, 30 September 1987, menonjolkan kekhasan tekstil Indonesia seperti songket dan batik. Koleksi busana pestanya adalah gamis dengan teknik draperi di bagian bawah lutut kiri. Di atas teknik draperi diselipkan motif batik. Detail di bagian dada memberi kesan penuh namun diminimalisasi dengan kerudung yang sederhana. Untuk busana kerja, Putri memilih merancang celana blazer panjang. Kerudung ia modifikasi antara kerudung lilit dengan yang dibentuk menyerupai rambut dan menjuntai ke depan. Pilihan warna ungu tua mendominasi semua koleksinya termasuk untuk warna kerudung.
Sent from Indosat BlackBerry powered by
0 comments:
Post a Comment