pasangan (inmagine.com)
VIVAnews - Pria selalu mencari cara agar dapat dekat dengan wanita incarannya. Menonton film horor tak jarang menjadi taktik jitu untuk mencuri pelukan tak terduga dari sang pujaan.
Penelitian Universitas College London mengungkap bahwa wanita cenderung lebih mudah memperlihatkan reaksi takut saat menyaksikan adegan film horor dibandingkan pria.
Wanita cenderung mengantisipasi adegan menakutkan yang terpampang di depan mereka. Ketika disuguhi adegan peringatan, otak wanita dengan cepat melompat ke adegan yang lebih menakutkan, sedangkan pria akan tetap tenang sampai adegan tersebut tersaji di film yang mereka tonton.
Para peneliti menganalisis aktivitas otak dari 30 pria dan wanita saat menyaksikan adegan positif dan negatif, seperti
pemandangan alam dan kekerasan ekstrem. Mereka ingin melihat bagaimana responden mengantisipasi adegan tidak menyenangkan yang disaksikannya.
Sebelum memperlihatkan adegan-adegan tersebut, peneliti memberi petunjuk berupa wajah tersenyum yang menandakan sebuah adegan bahagia, dan wajah sedih menandakan adegan mengerikan. Setelah melihat adegan-adegan pada film, mereka menjalani tes memori.
Hasil menunjukkan bahwa antisipasi akan adegan mengerikan sudah cukup membuat otak wanita kaget, namun tidak pada otak pria. Hal ini berarti, suara-suara mengerikan yang mengarah pada pembunuhan di kamar mandi di film 'psycho' cenderung membuat wanita bergerak ke tepi kursi bioskop untuk menutup mata. Namun, pria tidak akan bereaksi sampai mereka benar-benar melihat adegan mengerikan tersebut.
"Ketika mengharapkan adegan negatif, wanita mungkin memiliki respons emosional lebih tinggi daripada pria. Hal ini ditunjukkan dari aktivitas otak mereka," ujar pemimpin penelitian Dr Giulia Galli, dikutip Daily Mail.
Hal inilah yang memengaruhi bagaimana mereka mengingat adegan negatif tersebut. Sedangkan sebagian besar otak pria aktif saat menonton adegan tersebut.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa antisipasi seorang wanita akan adegan horor lebih baik dibanding pria.
Ditulis dalam The Journal of Neuroscience, para peneliti mengatakan, "Dari perspektif evolusi, mengantisipasi sebuah peristiwa tidak menyenangkan dapat membantu persiapan individu untuk menghadapi situasi mengancam."
Namun demikian, antisipasi berlebihan yang dapat diintrepretasikan sebagai kekhawatiran berlebihan akan bahaya masa depan dapat menyebabkan gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan depresi.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
0 comments:
Post a Comment