PEREMPUAN Indonesia tak kalah saing dengan kaum adam. Selain berpotensi, sisi inspiratif mereka patut diacungi jempol karena dapat menginspirasi wanita.
Kekuatan wanita yang mahadahsyat dalam berbagai bidang menjadi sebuah lahan potensial untuk menggalang kekuatan. Bayangkan saja ketika semua wanita bersatu dan memancarkan potensinya tentu akan menjadi sebuah kekuatan yang mahadaya.
"Lewat ajang 'Tupperware She Can! Award', kami memberikan pencerahan, saling belajar, dan memberdayakan satu sama lain," tutur Nining W Permana selaku Managing Director Tupperware Indonesia dalam konferensi pers "Tupperware She Can! Award" di Pool Side, Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (8/12/2011).
Dari tahun ke tahun, keberadaan perempuan inspiratif pun terus bertambah. Hal itu dapat terlihat lewat figur-figur yang terseleksi dalam ajang tersebut.
Tahun 2009 lalu hanya sekira 39 tokoh wanita dan 2011 ini bertambah menjadi 52 tokoh perempuan. Ini membuktikan bahwa potensi perempuan yang inspiratif kian bertambah seiring pergantian waktu.
Menariknya, kehadiran perempuan inspiratif dapat menjadi panutan yang dapat menularkan spirit positif terhadap perempuan lainnya.
Inspirasi yang mereka tularkan pun beragam dan mencakup berbagai bidang. Liana Christanty, misalnya. Seorang ibu yang juga merangkul anak-anak jalanan yang terdiri dari pemulung dan pengamen di wilayah Tubanan, Surabaya untuk kembali mengenyam bangku pendidikan lewat sekolah gratis. Tak hanya itu, Liana pun juga mendirikan sekolah gratis dan asrama yang diperuntukkan bagi perempuan korban pelecehan seksual dan hamil di luar nikah.
"Saya menganggap bahwa bayi tidak berdosa dan berhak memiliki kehidupan. Karena itu 13 tahun yang lalu berawal dari diskusi pada 1998 tentang antiaborsi. Dari sana ada gadis yang datang sebagai korban perkosaan di bus. Dia tidak bisa pulang kampung karena ditolak kampung halamannya," tutur Liana. Setelah itu, Liana pun konsisten memerjuangkan asrama tersebut hingga sekarang.
Perjuangan inspiratif lainnya pun dapat dipelajari dari Nuraeni. Wanita asal Makassar ini memberdayakan wanita di kampung nelayan, kampung Paotere, Makassar untuk memberikan pengajaran dalam pengolahan produk ikan menjadi produk nugget, ikan tanpa tulang, ikan giling sehingga mereka dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, serta meningkatkan nilai ekonomi.
"Saya tergugah memberdayakan wanita di pesisir Paotere. Awalnya, mereka tidak bisa menulis. Selain itu, para suami mereka pun banyak yang terjerat punggawa (tengkulak). Dengan pemberdayaan yang saya berikan kepada para istri, maka mereka bisa terbebas dari jeratan utang di mana para tengkulak memberlakukan bagi hasil 50-60 persen," tutupnya.
(tty)
0 comments:
Post a Comment