KOMPAS.com - Hujan menyekap sore dalam sebuah kafe. Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, menggigil. Tetapi, di dalam ruangan suasana begitu hangat. Renitasari (37), perempuan yang kami temui untuk pertama kalinya, "pengicau" yang penuh fantasi. Banyak hal yang bisa ia ceritakan dalam cuaca begini....
"Jangan tertipu penampilan luar. Meski kelihatan kosmopolitan, saya paling suka makan makanan pinggir jalan," ujar Renitasari. Nah, mojang Bandung yang sejak setahun terakhir ini beredar di dunia seni pertunjukan Tanah Air, memulai.
Kami bertemu Selasa (29/11/2011) lalu di Kafe Amarone. Di meja sudah terhidang seloyang pizza. Namun, Renita tidak menyentuhnya sama sekali. Ia malah melahap combro yang dibelinya di pinggir jalan. "Tahu enggak, saking lahapnya makan combro, tadi sempat terjadi insiden combro," katanya.
Tanpa sengaja, lanjut Renita, tangannya yang baru saja memegang cabe rawit digunakan untuk mengucek matanya. "Pokoknya norak banget deh, mata gue sampai berurai air mata," katanya sambil tertawa lebar.
Obrolan yang baru berlangsung beberapa menit jadi terasa cepat mencair oleh sikap Renita yang jauh dari jaim. Entah bagaimana awalnya, cerita insiden combro tiba-tiba sudah beralih ke soal cireng (aci digoreng), penganan kecil yang populer di Tanah Sunda. Apalagi ini?
Dengan antusias dia menceritakan cireng buatan seorang ibu di sebuah gang di Bandung, yang menurutnya "one of the best cireng in the world". "Apalagi kalau makan cirengnya ditemani segelas wine. Enak banget.... Cobain deh," ujar Renita yang rajin menebar "virus cireng" ke sejumlah temannya di Jakarta.
Sekarang ini ada kawan-kawannya sering mengalami "sakaw" cireng. "Kalau sudah begitu mereka pasti telepon gue dan minta dipasok cireng, ha-ha-ha," kata Renita yang kemudian dijuluki teman-temannya sebagai "Miss Cireng".
Rapat, rapat, dan rapat Begitulah cara Renita menikmati hidup di tengah jadwal kerjanya yang padat sebagai Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation (BBDF). Dalam sehari, dia bisa rapat delapan kali dengan delapan tim yang berbeda. "Rapatnya pun selalu berpindah lantai, dari lantai satu sampai delapan."
Di luar itu, dia mesti melayani para seniman yang datang membawa proposal pertunjukan dan berdiskusi panjang lebar dengan mereka. "Kadang kita berbicara berjam-jam, padahal inti pembicaraannya hanya 15 menit. Saya tidak pernah menolak apalagi kalau mereka datang dari jauh," ujar Renita.
Posisi Renita di BBDF memang sangat menentukan. Dialah yang memutuskan mendanai atau tidak sebuah pertunjukan yang diajukan satu kelompok. Selama tahun 2011 ada sekitar 50 acara yang bermitra dengan BBDF, beberapa di antaranya drama musikal seperti Jabang Tetuko dan Opera Diponegoro. "Kami tidak hanya mensponsori, tapi juga menjadi mitra. Kita terlibat mulai dari pembicaraan konsep sampai pertunjukan selesai."
Jika tadinya ia mengaku terpontang-panting berhadapan dengan seniman, belakangan pekerjaan ini membuat Renita jatuh cinta. "Suatu bangsa dinilai dari kelestarian budayanya," katanya.
Agak serius dia kali ini. Oleh sebab itulah, hampir semua proposal yang berbasis pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia ia setujui. "Ini cara kami untuk berbakti...." Lumayan bombas, kan? Biarlah, yang pasti kegairahan seni pertunjukan dalam setahun terakhir sedikit banyak berasal dari campur tangan Renita.
Nah, hiburan di tengah jadwal yang padat itu buat Renita hanyalah makan. Karena itu, dia paling tidak suka makan siang sambil rapat. "Buat gue makan ya makan meski hanya 15 menit, meeting ya meeting."
Dan, selera makan Renita tergolong unik. Ia sangat suka makanan yang dijual di pinggir jalan. "Gue paling enggak tahan lihat gerobak makanan pinggir jalan yang dikerubuti pembeli. Gue pasti turun dan ikut beli sebab pasti makanan yang dijual enak," katanya.
Kebiasaan itu dia lakoni ke mana pun bertualang. Ketika keluar kota bersama timnya, Renita sering minta sopir menghentikan mobil hanya untuk membeli makanan di pinggir jalan. Itu sebabnya dia fasih menyebut tempat-tempat makanan enak di berbagai kota. "Di Kemang sini ada warteg yang enak banget. Tempatnya di gang sempit. Gue sering minta dibelikan nasi bungkus di situ dan makannya di kafe," katanya.
"Gultik" Kadang dia menyempatkan diri makan gule tikungan (gultik) di kawasan Blok M. Mampir ke warung pindang khudus di Kota Kudus, dan makan sate klathak di Yogyakarta. "Sekarang gue ingin banget makan nasi kucing di kampung yang jarang orang tahu. Mas Butet (Kartaredjasa) katanya mau nganterin."
Renita mengaku selera makannya sudah terkunci. Buatnya makan itu harus pakai nasi. Dia tidak terlalu bernafsu makan makanan Barat. Sore itu, dia hanya menyantap setengah dari satu porsi besar ikan panggang yang dimasak ala Barat. "Kalau dikasih nasi padang pasti nambah," ujar Renita, yang sama sekali tidak merasa bersalah menyantap berbagai makanan dalam porsi banyak karena tubuhnya tidak mudah gemuk.
Dia mengaku hampir selalu makan dalam porsi banyak. "Kalau makan di warung padang saya makan dua porsi nasi, tiga ayam pop, dan satu dendeng batokok. Pokoknya malu-maluin deh." Memang, ha-ha-ha....
Selain berburu makanan pinggir jalan, Renita juga gemar jalan-jalan. Dia memilih menyetir sendiri selama jalan-jalan. Rute terjauh yang pernah dia tempuh antara lain Jakarta-Bali, Jakarta-Lampung, Jakarta-Semarang, dan Jakarta-Yogyakarta. "Menyetir mobil adalah cara gue melepaskan stres. Kalau ada makanan enak ya berhenti dan makan."
Petang mulai menghadang. Jalanan Jakarta pasti sedang macet luar biasa. Bagaimana kalau kita menikmati cireng? "Eh benar tungguin, siapa yang mau gue kirimin...."
* Lahir: Bandung, 12 Februari 1974 * Anak: Nadya Natasha (16), Raisha Zahra (8) * Pendidikan: Public Relations, Stamford College, Singapura * Karier: - Januari 2011-sekarang, Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation - Mei 2007-sekarang, Corporate Communications Manager PT Djarum - Juli 2001-Mei 2007, Product Manager Carlsberg Beer PT Delta Djakarta Tbk - Januari 1997-Juli, 2001 Key Account Manager PT Delta Djakarta Tbk - Januari 1996-Desember 1996, Account Executive Media and PR Communication - April 1994–Mei 1995, Liaison Officer ASEAN Business Forum - Maret 1993–April 1994, Public Relations Officer Hotel Panghegar, Bandung *Aktivitas: - Anggota HIPMI Jaya (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) sejak 2004 dan anggota Indonesia Junior Chamber (JCI) sejak 2000 - Putri Citra Jawa Barat, 1990 - Mojang-Jajaka Bandung, 1991
(Budi Suwarna/Putu Fajar Arcana)
Sumber: Kompas Cetak
0 comments:
Post a Comment