diet salah
VIVAnews - Banyak wanita terobsesi memiliki tubuh langsing. Mereka melakukan diet ketat demi menjaga penumpukan lemak di tubuh. Hanya, mereka kerap melakukannnya tanpa aturan yang pada akhirnya justru memicu gangguan kesehatan serius.
Studi Universitas Utrecht, yang dikutip harian The Telegraph, menyebut bahwa perempuan muda yang diet berlebihan tanpa memerhatikan keseimbangan gizi justru memiliki tingkat risiko penyakit jantung hingga tiga kali lipat di masa depan.
Studi atas 8.000 remaja putri ini menunjukkan bahwa mereka yang kekurangan gizi di masa muda memiliki risiko terjangkit penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan mereka yang terpenuhi kebutuhan gizinya.
Idealnya, wanita mengasup 2.000 kalori per hari demi mempertahankan kesehatannya di masa depan. Namun nyatanya, banyak yang tak mampu memenuhinya karena mereka lebih memilih 'kelaparan' daripada menjadi gemuk. "Inti penelitian kami adalah besarnya peran masa kecil seseorang terhadap kesehatannya di masa mendatang," kata Annet van Abeelen.
Demi melawan takut terhadap gemuk, sejumlah wanita bahkan tak ragu melakukan diet ketat saat hamil. Sebut saja Victoria Beckham yang hanya mengonsumsi hanya 600 kalori sehari. Mantan personil 'Spice Girl' itu tampaknya sulit menghilangkan kebiasannya mengunyah beberapa stroberi dan minum air mineral saat hamil anak ketiga.
Demi memerangi diet tak sehat yang kerap memicu anoreksia, sejumlah komunitas terbentuk untuk mengkritisi gambar-gambar di media yang dapat merusak pola makan anak muda. Mereka menentang segala macam bentuk visual yang memicu gangguan pola makan.
"Hari–hari ini anak muda dikelilingi dengan gambar dan kesan publik figure di media yang dapat berakibat buruk pada pola makan seseorang," kata juru bicara Beat, badan amal untuk penderita gangguan makan. "Gangguan makan sejak dini dapat berakibat pada kesehatan jangka panjang dan berujung pada kerusakan organ."
Wabah Kelaparan
Sebuah penelitian mempelajari efek kekurangan gizi pada 7.845 wanita ketika wabah kelaparan di Belanda pada tahun 1944 sampai 1945. Penelitian dimulai saat para responden masih berusia di bawah 21 tahun dan hanya mendapat asupan 400-800 kalori per hari.
Dalam jurnal European Heart, para peneliti mengatakan peristiwa wabah kelaparan tersebut adalah eksperimen alami dalam sejarah yang memungkinkan mereka untuk meneliti efek jangka panjang dari kekurangan gizi yang dialami para korban.
Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu mereka yang terkena dampak luar biasa dari wabah kelaparan tersebut, mereka yang hampir tidak merasakan, dan mereka yang berada di antara dua kondisi itu.
Penelitian membuktikan bahwa mereka yang terkena dampak wabah kelaparan pada masa kecil dan remaja memiliki risiko terkena penyakit jantung koroner 27 persen lebih besar. Persentase ini naik menjadi 38 persen pada remaja berumur 10–17 tahun.
Profesor Kausik Ray dan rekannya di Universitas St George, London, melakukan studi yang mendukung penelitian tersebut dengan meneliti secara terpisah tentang wabah di China dan Rusia. Hasilnya adalah data yang konsisten tentang tingkat gizi pada masa kanak–kanak berakibat jelas pada penyakit kronis di kemudian hari. (Rudy Bun)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
0 comments:
Post a Comment