WARNA-WARNI tenun ikat Flores mampu memanjakan mata. Motif yang terkesan sederhana ternyata dikerjakan secara rumit hingga perlu melalui 23 tahapan.
Tiga generasi penenun ikat Flores dari "Yayasan Cinta Nusantara" menyebutkan bahwa 23 tahapan harus dilalui untuk sebuah kain tenun ikat siap dipasarkan. Ketiga penenun kain ikat Flores tersebut, di antaranya Martha Kloe (72), Alfonsa Horeng (37), dan Maria Yuwanti (29).
"Kalau boleh dijabarkan secara garis besar, kapas yang sudah dipisahkan dari bijinya kemudian dipipihkan dan dipintal hingga menjadi benang. Benang kemudian dipisahkan menjadi benang pakan untuk menembak (benang kasar-red) dan lungsi untuk ombak (benang halus-red)," papar Alfonsa kepada okezone ketika ditemui di "Katumbiri Expo 2011", Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (7/12/2011).
Ia menambahkan, benang kemudian diberi warna yang diolah dari bahan-bahan alami. Warna merah dari akar mengkudu, hijau dari tanaman nila, coklat dari kayu-kayu kering, dan kuning dari hepang.
"Total ada 11 warna yang sudah kami temukan. Bahan tersebut ditumbuk halus dan dicampurkan air. Benang direndam sekitar 1 jam untuk warna yang terkesan luntur alami," jelasnya.
Proses selanjutnya, benang melalui proses tenun. "Kebetulan, yang kami bawa di pameran merupakan mesin tenun termudah alias satu jalur benang. Di Flores, banyak sekali jenis mesin untuk menciptakan motif yang lebih rumit. Itulah mengapa harganya tidak murah," tutupnya. (ftr)
0 comments:
Post a Comment