BEBERAPA hari ini saya merasa ujung-ujung jari tangan kiri saya kesemutan dan sulit tidur. Kulit wajah saya pun terlihat agak memerah dan terkadang gatal. Untuk mencari solusi, saya pun memutuskan pergi berobat karena khawatir ada penekanan saraf di leher mengingat saya sudah berusia 53 tahun.
Ketika di rumah sakit, saya diminta untuk menjalani rontgen di daerah leher. Usai diperiksa ternyata hasilnya baik. Dokter pun menganjurkan saya untuk menghindari makan sayuran seperti brokoli, kubis dan bayam.
Yang saya khawatirkan adalah, saya takut sekali jika ini adalah gejala awal stroke. Selama ini, tekanan darah saya melalui pemeriksaan terakhir dikatakan dokter masih normal. Saya puns empat menjalani MRI dan cek laboratorium lengkap. Hasilnya, tes MRI baik dan tidak ada tanda-tanda stroke. Demikian pula hasil kolesterol, gula darah dan asam urat semuanya baik.
Untuk dokter ketahui, saya tidak termasuk pemilik tubuh gemuk (TB 160 cm, BB 55 kg). Saya juga tidak merokok. Dokter di tempat saya berobat memang mengatakan penyakit saya tidak mengarah ke stroke atau jantung. Diduga mungkin berhubungan dengan masa menopause saya. Benarkah demikian dokter? Sudah sekitar 3 tahun lalu menstruasi saya mulai tidak teratur dan 1 tahun ini berhenti sama sekali. Jika saya mendapat terapi hormon, apakah bahayanya?
Mimi, Jakarta.
Jawab:
Setelah membaca surat Ibu Mimi, tampaknya memang Ibu Mimi tidak memiliki risiko tinggi untuk penyakit jantung dan stroke yang dimiliki. Ibu Mimi tidak gemuk, tidak menderita hipertensi, diabetes, juga tidak merokok. Saya juga tidak tahu mengenai kebiasaan hidup Ibu Mimi lainnya, apakah cukup berolahraga dan makan buah dan sayur setiap hari. Jika ya, faktor risiko untuk penyakit jantung dan stroke yang penting pada Bu Mimi hanya menopause.
Jika sudah dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan penyebab keluhan yang Ibu Mimi alami, seperti yang sudah dilakukan, memang mungkin saja gejala yang Ibu alami adalah sindrom akibat menopause. Gejala-gejala tersebut terjadi karena indung telur secara bertahap menjadi kurang aktif dan produksi estrogen dan progesteronnya menurun.
Gejala-gejala biasanya adalah rasa panas dan kemerahan kulit pada wajah, dada dan lengan, berkeringat banyak, kulit kering, vagina kering dan terasa tidak nyaman, gejala seperti infeksi saluran kemih (anyang-anyangan, panas sewaktu berkemih), dan lain-lain. Selain gejala fisik, perubahan hormonal tersebut juga menimbulkan gejala psikologis seperti mudah marah, cemas, panik, insomnia, sampai depresi.
Untuk mengetahui apakah dibutuhkan terapi sulih (penggantian) hormon, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui kadar beberapa hormon (estradiol, FSH, LH). Memang ada sebuah penelitian beberapa tahun lalu yang menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, dan kanker payudara pada perempuan yang mendapat terapi hormon. Tetapi, jika dilihat kasus per kasus, tampaknya kondisi ibu cukup aman untuk mendapat terapi sulih hormon karena faktor risiko penyakit jantung dan stroke pada Ibu Mimi sangat kecil.
Mengenai risiko timbulnya kanker payudara, banyak penelitian mengenai hal ini dan hasilnya ada yang menyatakan terapi hormon memang meningkatkan risiko kanker payudara, namun ada juga yang tidak. Hal ini juga tergantung dengan jenis dan dosis obat yang digunakan. Sebuah penelitian menganalisis kanker payudara yang terjadi pada perempuan yang mendapat terapi sulih hormon melaporkan bahwa kanker yang terjadi kemungkinan kesembuhannya (prognosis) sangat baik.
Ada satu hal yang penting dari surat ibu, yaitu mengenai berpantang makanan. Saya pikir tidak ada alasan bagi Ibu untuk tidak makan sayur-sayuran tersebut. Sayuran tersebut justru sangat baik untuk kesehatan karena mengandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya penyakit jantung, stroke, sekaligus kanker.
Prof Dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM
Konsultan Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM (ind)
(tty)
0 comments:
Post a Comment