KOMPAS.com - Indonesia kaya akan rempah. Tak ada yang bisa menandingi kesegaran dan keanekaragaman rempah di Indonesia. Sayangnya, tak banyak orang mengetahui kekayaan rempah, juga kuliner Indonesia. Rempah dari Indonesia, semakin kaya dengan diolah menggunakan bahan baku berkualitas tinggi. Inilah yang ingin disebarluaskan dewan chef dari Indonesia, didukung Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) melalui Foreign Agricultural Service (FAS) Jakarta, Indonesia.
FAS Jakarta membentuk dewan chef yang disebut USDA Chef of Council (CoC). Chef kenamaan Indonesia yang terpilih sebagai anggota dewan chef ini di antaranya chef Muchtar Alamsyah (chef Tatang), Ucu Sawitri, Haryanto Makmoer, Edwin Handoyo Lauwy (Edwin Lau).
Keempat chef ini dipinang FAS untuk menjalankan program Train the Trainer. Mereka berkesempatan belajar ilmu memasak di Amerika dengan dukungan penuh dari FAS. Chef Ucu berkesempatan lebih dahulu belajar di Amerika, pada Oktober 2010 lalu. Sedangkan Chef Tatang, Edwin, dan Haryanto baru saja kembali dari Amerika, September 2011.
Sepulang dari Amerika, keempatnya tak sabar ingin berbagi ilmu dan pengalaman kepada masyarakat Indonesia. Program roadshow pun segera digelar USDA CoC, mengajak empat chef kebanggaan Indonesia untuk mengenalkan "perkawinan" kuliner Indonesia dan Amerika selama beberapa bulan ke depan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.
Sebelum terjun mengenalkan kuliner percampuran Indonesia-Amerika, empat chef ini kembali mendapatkan pelatihan di Hotel Dharmawangsa, Jakarta. Chef Andrew Gold dari Institute of Culinary Education, New York, didatangkan langsung dari Amerika, untuk melatih dewan chef Indonesia selama lima hari di Jakarta. Kagumi kencur Chef Gold menuliskan resep makanan perpaduan bahan makanan Amerika dengan bahan dan bumbu rempah khas Indonesia. Chef Gold tak datang sendirian. Didampingi Chef Jill Sandique, anggota USDA CoC Filipina, Chef Gold mengembangkan resep baru Indonesia dengan menggunakan produk bahan makanan dari Amerika.
"Saya membuat resep untuk satu minggu begitu datang ke Jakarta. Saya memasak dengan kencur di Indonesia, rempah yang tak bisa saya temukan di Amerika. Rempah-rempah di Indonesia sangat segar, memiliki citarasa khas, dan menyehatkan," jelas Chef Gold kepada Kompas Female di sela konferensi pers di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Rabu (14/9/2011).
Chef Gold melanjutkan, makanan dan bumbu-bumbu masakan di Indonesia juga lebih bervariasi. Masakan Indonesia akan lebih fantastis jika dikombinasikan dengan menggunakan bahan baku berkualitas, seperti bahan makanan dari Amerika yang dikenal dengan konsistensi kualitasnya karena diolah dengan menggunakan teknologi di laboratorium.
Tak bisa dipungkiri, program USDA CoC, Train the Trainers memang menjadi salah satu cara yang dipilih Dennis Voboril, Konsul Amerika urusan Pertanian di Jakarta, untuk mengenalkan bahan makanan Amerika. Seperti apel Washington, kismis, kurma Medjool, daging, kentang, dan lainnya.
Meski begitu, program pengembangan kuliner inisiasi Departemen Pertanian Amerika ini tak disia-siakan para pakar kuliner Indonesia. Selain memperkaya ilmu, program ini juga membuka kesempatan kepada chef Indonesia untuk mengenalkan makanan Indonesia di luar negeri.
"Butuh keberanian untuk memulai program ini. Bagi saya tujuannya jelas, melestarikan dan memperkenalkan masakan khas Indonesia, melalui program yang dibuat oleh negara lain, bukan negara sendiri. Melalui program ini, kita bisa membawa kuliner Indonesia ke tingkat internasional. Para pakar kuliner dunia bisa mengenal makanan khas Indonesia, selain juga rempah-rempah Indonesia yang bisa dikombinasikan dengan bahan makanan produksi mereka," kata Chef Ucu, pakar kuliner di bidang pastry. Mempromosikan sekaligus memperkaya kuliner Indonesia Menurut chef Ucu, dari pengalamannya bergabung dalam program ini, Indonesia justru bisa berbangga. "Indonesia paling kaya dari kulinernya. Surga kuliner ada di Indonesia," jelasnya.
Bagi chef Edwin, kesempatannya memelajari ilmu Food Science di Amerika menjadi ajang pertukaran budaya kuliner.
"Budaya kuliner Indonesia tak tersentuh. Saya belajar ilmu kuliner dari Amerika, namun saya juga membawa ilmu kuliner dari Indonesia. Banyak chef di luar negeri yang tidak mengetahui kuliner Indonesia," katanya.
Lain lagi dengan chef Haryanto, pakar di bidang baking. Selama mengikuti pelatihan di Amerika, ia tak pernah lupa membawa kue lapis legit khas Indonesia.
"Setiap kali pergi, saya selalu membawa lapis legit. Begitu pun saat saya ke Amerika. Tujuannya untuk mengenalkan makanan khas Indonesia di luar. Chef Amerika mengagumi lapis legit, dan ingin tahu bagaimana cara membuatnya," jelas chef Haryanto.
Para koki andal dari Indonesia ini tak sabar ingin segera berbagi pengalaman dengan kaum ibu di Indonesia. Harapannya, setiap rumah tangga bisa mengembangkan resep masakan Indonesia dengan kombinasi bahan makanan berkualitas tanpa meninggalkan rempah tradisional Indonesia.
"Saya ingin berbagi kepada kaum ibu melalui bincang-bincang seperti ini. Termasuk mentransfer ilmu yang saya dapatkan mengenai cara mengolah makanan yang sehat di rumah," jelas chef Tatang.
Ke depan, melalui program roadshow USDA CoC di beberapa kota di Indonesia, diharapkan industri rumah tangga kuliner Indonesia bisa lebih berkembang.
"Kombinasi bahan makanan berkualitas dengan harga lebih murah, dengan mempertahankan resep tradisional Indonesia bisa memberikan pilihan makanan yang lebih kaya dan inovatif untuk industri rumah tangga di bidang kuliner," kata chef Ucu, menambahkan program USDA Council of Chef ini ini juga menyasar industri rumah tangga di bidang kuliner seperti katering, untuk lebih mengembangkan kreasi masakannya.
Sent from Indosat BlackBerry powered by
0 comments:
Post a Comment