KOMPAS.com - Kemeriahan Jakarta Fashion Week 2012 telah berakhir. Jumat (18/11/2011) lalu, penutupan JFW 2012 dihadiri oleh ribuan orang dengan penonton terbanyak terdapat pada gelaran terakhir, yakni Dewi Fashion Knights yang menampilkan lima desainer "terpanas" saat ini.
Tak hanya di Jakarta, gaung kemegahan JFW ternyata telah sampai ke berbagai negara, terutama yang pernah mengadakan pekan mode yang digelar setiap tahun. "Sampai saat ini foto-foto yang telah di-upload ke Image.Net sudah berjumlah lima ribuan foto dari keseluruhan fashion show, sehingga bisa diakses oleh semua orang di seluruh dunia. Pemberitaan di media massa baik dalam dan luar negeri, membuat masyarakat mengetahui tentang JFW dan mengapresiasi dengan baik. Bahkan video streaming yang di-upload ke website JFW telah ditawarkan oleh televisi-televisi Eropa untuk ditayangkan di negara-negara Eropa," jelas Svida Alisjahbana, President dan CEO Femina Group sebagai penyelenggara JFW 2012 dalam jumpa pers di Pacific Place, Jakarta, Jumat (18/11/2011) lalu.
Mengorbitkan desainer-desainer baru yang berbakat Svida juga mengungkapkan bahwa penyelenggaraan JFW yang tahun ini menginjak tahun keempat, tak hanya memberi kesempatan bagi desainer ternama untuk mengeluarkan koleksi yang diperkirakan akan menjadi tren, tetapi juga membuka peluang bagi desainer-desainer baru. Melalui Lomba Perancang Mode (LPM), setiap tahunnya JFW berhasil memilih dan mengorbitkan desainer baru yang akhirnya bersinar di tahun-tahun berikutnya. Pendidikan fashion untuk desainer Dalam jumpa pers, Svida juga menyampaikan kesan dari salah seorang juri LPM, yakni desainer senior Musa Widyatmodjo, yang menyampaikan bahwa pada era '80-an hingga 90-an, desainer yang muncul ke permukaan adalah desainer-desainer yang mengandalkan bakat. "Jadi, modal mereka hanya bakat-bakat alam yang dieksplorasi dengan kreativitas. Namun beberapa tahun terakhir, terutama dalam penyelenggaraan JFW, desainer-desainer baru yang hadir kebanyakan berasal dari sekolah mode. Ini perkembangan yang bagus bagi dunia fashion di Indonesia, karena bakat dan kreativitas sudah dilengkapi dengan kemampuan teknis dari sekolah-sekolah mode," ungkap Svida.
Menyadari pentingnya sekolah mode, LPM selalu memberikan hadiah untuk kursus singkat di sekolah mode bagi para pemenang setiap tahun. Tahun ini, pemenang LPM 2010, yakni Albert Yanuar, mendapat kesempatan untuk menjalani kursus pendek tentang bisnis dalam dunia fashion di Milan. Milan dipilih karena kota tersebut merupakan kiblat mode dunia.
"Kami memilih Albert Yanuar karena ia memiliki visi-misi ke depan untuk mengembangkan bakatnya di bidang fashion. Jadi tidak hanya bicara peragaan busana, tapi juga bicara tentang bisnis fashion yang akan dijalani. Ia adalah sosok desainer yang cocok menjadi pengusaha mode di masa depan," jelas Svida.
Kerja keras semua pihak Jakarta Fashion Week 2012 merupakan kerja keras semua pihak, dari desainer, model, fotografer, jurnalis, dan panitia secara keseluruhan. "Mulai dari berkurangnya waktu tidur, tetesan keringat, kerumitan dari puluhan meeting bersama desainer, model, koreografer, juga kerja jurnalistik dari fotografer dan jurnalis, adalah dukungan kita semua bagi perkembangan dunia fashion tanah air. Saya sebagai perwakilan penyelenggara mengucapkan terima kasih dan semoga fashion tanah air semakin maju, semakin berkembang, dan membanggakan," tutup Svida, saat kembali memberi sambutan di fashion show terakhir.
0 comments:
Post a Comment