Napas Eklektik London

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Napas Eklektik London
Feb 23rd 2012, 04:38

LONDON, dibanding New York, Milan, dan Paris,kerap dianggap sebagai "anak bawang", identik dengan kota mode yang menghasilkan desainer muda berbakat, bukan sebagai fashion capital sebenarnya.
 
Namun, pendapat tersebut rupanya kini sudah bergeser. Bahkan, sang "Ratu"mode,Anna Wintour, mengakui sisi glamor London sebagai kota mode internasional. "Kami kerap datang ke London dengan anggapan koleksi yang disajikan akan bernuansa eksentrik dan bergaya street chic.Namun, hal itu sudah berubah.Beberapa tahun terakhir, London semakin memperlihatkan kedewasaannya, menjadi semakin terasah, seksi, dan glamor. Membuktikan posisinya sebagai panggung internasional," kata Wintour.
 
Panggung London pun kini menjadi pilihan para desainer papan atas untuk unjuk aksi. Stella McCartney, Christopher Bailey, Sarah Burton, dan Vivienne Westwood,memilih kembali tampil di catwalk London untuk mempertunjukkan koleksi mereka. Bailey mempersembahkan koleksi terbaru Burberry yang "merayakan hujan".
 
"Inggris terkenal dengan cuaca yang tidak menentu dan secara pribadi, saya menyukai hujan,"ujar Bailey. Di hadapan para selebriti seperti Kate Bosworth, Rose Huntington- Whiteley, dan istri Perdana Menteri Inggris Samantha Cameron, yang menyesaki barisan depan, Bailey mempersembahkan koleksi yang menjadi ciri khas Burberry, trench coat dalam napas Inggris nan kental.
 
Lainnya, Bailey menghadirkan bomber jacket yang dipadankan bersama shirtdress, atau rok pensil bersaku besar yang tampil apik bersama jaket double breasted dan bot semata kaki. Sebagai penutup, Bailey "menurunkan" hujan kertas bersamaan dengan para model yang melenggang di atas catwalk membawa payung berwarna- warni.
 
"Burberry selalu membawa ciri khas Inggris klasik dalam nuansa yang begitu modern.Sementara, Christopher memberi sentuhan muda dan playful yang menjadikan label tersebut semakin sukses secara global," ungkap Wintour.
 
Pertunjukan Burberry kontras dengan apa yang disajikan Dame Vivienne Westwood. Menggunakan kaus bertuliskan slogan dan jargon, Westwood mengajak para fashionista untuk peduli dengan lingkungan, untuk melakukan aksi, terutama yang berkaitan dengan isu perubahan iklim. Meski demikian, desainer berambut merah itu juga tidak begitu saja melupakan sisi fashion dalam pertunjukannya. Mengusung label sekundernya, Red Label, Westwood menghadirkan jaket panjang bernapas Edwardian serta beragam luaran dalam gaya Inggris khas Westwood menggunakan motif kotak-kotak, tartan,juga napas Mohair.
 
"Apa yang saya lakukan selalu bernapas Inggris,tidak peduli inspirasi yang diambil, entah itu Afrika, Kutub Utara, atau apa saja.Ketika semua gaya itu bercampur dengan gaya Inggris, maka Anda akan mendapatkan koleksi busana yang luar biasa,"ujar Westwood. Resep gaya eklektik yang diterapkan Westwood ternyata juga menjadi rahasia sukses koleksi Sarah Burton untuk McQ, label sekunder Alexander Mc- Queen. Seragam militer Inggris yang trendi dikombinasikan dengan gaya teatrikal khas Mc- Queen.
 
Dalam rilis persnya,Burton mengemukakan bahwa koleksi terbarunya untuk McQ adalah sebuah cerita cinta."Koleksi ini bercerita tentang cinta,cinta kepada McQueen, juga cinta kepada gaya Inggris dari busana militer hingga gaun-gaun pesta masa lalu,"kata Burton. Di awal pertunjukan,Burton membalut para model dengan koleksi bergaya militer berupa mantel beraksen buckle dan kantong besar lengkap dengan bot. Selanjutnya, secara bertahap gaya tersebut berubah menjadi lebih feminin sekaligus dramatis.
 
Mantel berubah bentuk menjadi gaun-gaun bervolume yang mengingatkan kepada para wanita bangsawan di abad pertengahan. Terakhir, top model Amerika,Kristen McMenamy, menutup pertunjukan dengan gaya dramatis, bermandikan cahaya dengan dedaunan yang jatuh perlahan di sekelilingnya. Membuat para tamu undangan,termasuk Salma Hayek, terkesiap kagum. "Pertama kali saya menyaksikan ajang London Fashion Week dan pertunjukan Mc- Queen adalah salah satu yang terindah yang pernah saya lihat," ujar istri bos PPR Francois- Henri Pinault itu.
 
Namun, Inggris bukan hanya milik para desainer bernama besar. Ajang London Fashion Week juga tetap setia menjadi panggung pembuktian bagi para desainer muda berbakat, seperti Roksanda Ilincic asal Serbia yang beberapa tahun belakangan sukses memikat konsumen mode Inggris.
(tty)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment