Gelaran Dewi Fashion Knights di Jakarta Fashion Week 2012 (VIVAnews/ Muhamad Solihin)
VIVAnews - Penonton mulai menjejali bangku-bangku kosong pada penutupan Jakarta Fashion Week 2012. Terlihat jelas atusiasme mereka dalam menyaksikan mahakarya lima desainer yang tergabung dalam pertunjukkan Dewi Fashion Knights 2011-2012, Jumat malam, 20 November 2011.
Kira-kira 30 menit menunggu, layar pun mengembang. Model berjalan memeragakan karya dari Sebastian Gunawan. Dikenal sebagai desainer dengan garis desain ultra feminin dan glamor, kali ini pria yang akrab disapa Seba, menampilkan koleksi maxi dress dengan tenun garut.
Tak banyak warna yang ditampilkan, hanya ada perpaduan warna merah, kuning, hitam dan putih dalam corak. Detil plastik dan bulu kerap menghiasi gaun-gaunnya yang didominasi dengan cutting asimetris. Terhitung 15 koleksi ditampilkannya.
Gelaran berlanjut menampilkan karya Auguste Soesastro. 'Restu Bumi' menjadi garis merah desainnya yang menggunakan bahan dari alam. Dengan menggunakan serat nanas, kesan clean and simple sangat jelas terasa.
Mempertahankan keaslian serat nanas, koleksinya didominasi dengan warna putih gading. Siluet dan cutting yang digunakan pun terbilang sederhana. Ia menampilkan koleksi jubah, bolero, blouse, mullet dress, blazer dan simple dress.
Satu-satunya desainer wanita dalam gelaran ini adalah, Sally Koeswanto yang dikenal dengan desain provokatif. Sisi feminin dari wanita oriental nampaknya menjadi fokus utama desainnya. Dari sentuhan lace dan gold pada desain mikro minis.
Ia menampilkan desain cheongsam dan motif bordir burung phoenix dan naga. Ini dipercaya menggambarkan cinta, kebaikan, kebahagiaan, kepemimpinan, kekuatan, dan sisi maskulin.
Fashion tent mulai bergemuruh sejak model pertama tampil dengan rancangan Sapto Djojokartiko memasuki runway. Terinspirasi dari tokoh Calon Arang di buku karya Pramoedya Ananta Toer, Sapto menggambarkan karakter tokoh yang kuat dan pendendam dalam desainnya.
Pola dan konstruksi dari baju-baju yang dipamerkan memerlihatkan ukiran relief Bali. Ia pun bermain dengan tekstur dengan menggunakan tali tambang, paku dan rambut. Koleksinya didominasi dengan bahan-bahan metalik yang menggambarkan modernitas.
Show malam itu ditutup dengan spektakuler oleh Tex Saverio. Didominasi dengan warna emas, ia menggambarkan dualisme dunia. "Bahkan ada perang di surga" ujarnya menggambarkan desainnya kali ini.
Dualisme digambarkan dengan penggunaan material berat yang dipasangkan dengan material ringan. Dan, material keras dipasangkan dengan material yang lembut. Bukan Tex Saverio namanya jika tidak memerhatikan setiap detil dari rancangannya yang dikenal extravaganza.
Sapto Djojokartiko dan Tex Saverio berhasil mengangkat fashion art. Fashion seolah tidak lagi bertujuan komersil untuk digunakan, tetapi juga sebuah karya seni tinggi dan 'gilanya' imajinasi.
Penasaran dengan 'kegilaan' rancangan lima desaaner dalam gelaran Dewi Fashion Knights? Lihat di sini.
(eh)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
0 comments:
Post a Comment