USAI menjalani upacara akad nikah, Edhie Baskoro Yudhoyono dan Siti Ruby Aliya Rajasa bersiap menjalani prosesi munggah. Bila dalam adat seharusnya mempelai pria ditandu, Ibas memilih berjalan kaki.
Acara munggah diawali rombongan musik rebana berjumlah 20 orang. Terdapat pula dua anak pembawa kipas Reina dan Raisa pengantin yang diapit oleh pengawal adat, pembawa payung, juga orangtua dan saudara kandung pengantin.
Pada upacara adat Komering, bila akad nikah dilaksanakan di rumah mempelai wanita, maka setelah berganti pakaian, mempelai wanita dihantarkan oleh keluarganya menuju rumah mempelai pria. Selanjutnya, pesta digelar di rumah mempelai pria. Namun karena pertimbangan jarak, prosesi akad nikah maupun munggah tetap dilakukan di lokasi yang sama, yakni Istana Cipanas.
Arak-arakan pengantin biasanya menggunakan tandu, tapi khusus untuk Ibas dan Aliya, keduanya berjalan kaki. "Beliau (Hatta Rajasa-red) tidak mau ditandu, hanya berbaris begitu saja. Saya kurang tahu alasannya. Kita tahu Pak Hatta sangat sederhana," tutur Jujuk Burhanan, perias tradisional akad nikah Ibas-Aliya secara eksklusif kepada okezone yang menemuinya di Jalan Jasa Marga No. 2, Kelurahan Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur, baru-baru ini.
Musik rebana yang mengiringi pengantin dan keluarga selama arak-arakan memiliki makna. "Rebana bermakna bahwa kalau di kampung seolah-olah kita memberikan pengumuman dengan tabuhan, supaya orang mengerti ada hajatan. Rebana juga ungkapan rasa kegembiraan orang-orang sekampung yang turut menyambut dan merayakan dengan suka cita," paparnya.
Sepanjang rebana ditabuhkan, diucapkan pula kalimat-kalimat salawat yang sifatnya memuji kebesaran Tuhan, memohon keridhoan-Nya, dan mengantarkan doa untuk pengantin. (ftr)
0 comments:
Post a Comment