TEMPO Interaktif, Kediri - Masyarakat Kediri memiliki makanan khusus pengganti kurma. Sama-sama manis dan tidak membuat perut penuh, getuk pisang menjadi favorit saat berbuka.
Makanan yang satu ini bisa jadi hanya ada di Kediri. Sama halnya dengan tahu kuning (takwa), getuk pisang telah menjadi makanan khas Kota Kediri sejak bertahun-tahun silam. Beberapa orang bahkan menyandingkan getuk pisang dengan kurma karena cita rasanya yang manis dan sehat.
Pada bulan puasa ini getuk pisang lebih dari sekadar buah tangan. Sebagian besar umat Islam memanfaatkannya sebagai menu takjil. "Fungsinya sama dengan kurma," kata Nyonya Frida Nurma, ibu rumah tangga di Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kediri, Senin lalu, 15 Agustus 2011.
Di mata Frida getuk pisang bahkan lebih unggul dibanding kurma sebagai penganan untuk membatalkan puasa. Rasanya sangat manis dan legit karena dibuat dari pisang raja, yang diyakini mengembalikan energi dan memperlancar metabolisme. Karena itulah ibu dua anak ini selalu menyediakan getuk pisang di meja makan.
Menyantap getuk pisang sebelum menu utama buka puasa juga dinilai strategis. Selain tidak mengenyangkan seperti makanan berat lainnya, aroma getuk pisang yang wangi juga bisa memancing nafsu makan.
Demi kebutuhan takjil inilah para pembuat getuk pisang ramai-ramai memodifikasi produk mereka. Sebelumnya getuk pisang dibuat dalam ukuran besar atau genggaman tangan orang dewasa, kali ini hadir dalam porsi kecil. Tak tanggung-tanggung, ukuran makanan ini bisa diperkecil hingga seukuran ibu jari saja. Pas untuk pengantar buka puasa.
Indah, salah satu pembuat getuk pisang, mengatakan makanan ini dibuat hanya dari pisang raja pilihan. Bahkan, saking pentingnya bahan baku ini pisang tersebut harus benar-benar masak agar tidak sepat atau asam. "Saya mengambil pisang dari Trenggalek untuk menjaga mutu," kata Indah, yang memproduksi getuknya di Kelurahan Bandar Lor.
Pembuatan getuk pisang sangat sederhana. Pisang yang dipilih dikukus hingga masak, kemudian dihaluskan. Masih dalam keadaan panas, bahan itu dicampur dengan santan kelapa, tepung sagu, dan gula bubuk. Setelah adonan siap, lantas diletakkan dalam daun pisang yang masih muda dan dibungkus menyerupai lontong. Selanjutnya dikukus kembali selama setengah jam dan diangkat lagi untuk didinginkan.
Getuk pisang ukuran besar dibanderol Rp 4.000 per biji, sedangkan ukuran kecil Rp 700 dan Rp 1.000. "Untuk takjil biasanya ukuran kecil, oleh-oleh ukuran besar," kata Indah. Selama bulan puasa ini Indah mampu memproduksi 100-150 buah getuk pisang mini per hari. Makanan itu dipasok ke toko-toko tempat warga berburu takjil.
HARI TRI WASONO
0 comments:
Post a Comment