Minggu, 19 Februari 2012 | 03:02 WIB
TEMPO.CO , Jakarta:– Acap kali menyinggung tentang anak punk, selalu yang muncul adalah penampilan gahar. Rambut bergaya Mohawk ala suku indian, celana ketat, sepatu bot, tindik di sekujur tubuh, dan aksesoris serba logam. Tapi, apakah punk hanya sekedar penampilan?
Fathun Karib, 30 tahun, personel band indie punk-metal Cryptical Death, mengatakan gaya punk itu dipakai sebagai simbol perlawanan terhadap masyarakat dominan. Mengenakan pakaian unik dan nyentrik awalnya mempunyai dua tujuan, yaitu meledek dan mengejutkan. "Setelah itu menjadi indentitas," katanya kepada Tempo, akhir Januari 2012.
Demi memperkuat simbol perlawanan itu, anak punk bahkan rela memanfaatkan barang yang dianggap sampah untuk penampilan. Pamudji Slamet, vokalis punk asal Bandung, mengatakan alasan mereka melakukan itu untuk menunjukan simbol perlawanan.
"Kalau ditanya punk fashion itu apa, jawabnya sampah. Punk itu memodifikasi barang-barang yang dianggap tidak bernilai lagi menjadi style sebagai simbol perlawanan,"kata Pamudji, 38 tahun.
Gaya punk ini tidak bisa dilepaskan dari pasangan Malcom dan McLaren dan Vivienne Westwood. McLaren adalah manajer Sex Pistol, pioner musik punk di era 1970-an. Keduanya memiliki butik bernama SEX. Butik itu menjual baju-baju bergaya bondage sex, celana kulit ketat, rantai, dan paku-paku serta sejumlah sablonan grafiti berisi protes.
RINA W | NININ DAMAYANTI
0 comments:
Post a Comment