Minggu, 19 Februari 2012 | 03:47 WIB
TEMPO.CO , Jakarta:- Budaya punk mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia, terutama Bandung dan Jakarta sekitar awal tahun 1990. Namun, ketika itu punk masih relatif kecil dan baru sebatas mengenal musiknya lewat band punk legendaris, Sex Pistols dan The Clas.
Ideologi komunitas punk yang lahir di London Inggris sekitar tahun 1970 kemudian dikenal lewat fanzine, semacam majalah berisi tulisan tentang punk di Inggris, Amerika, atau negara lain yang beredar dari tangan ke tangan. Zine itu dibawa oleh para pelancong atau hasil surat menyurat penyuka musik punk di Tanah Air dengan orang di luar negeri. Lewat korespondesi itu, penggemar punk di Indonesia mengenal semangat independen dan antikemapanan yang diusung punker.
Selama ini, orang mengenal punk hanya sebatas penampilan mereka. Misalnya potongan rambut Mohawk ala suku Indian yang dicat warna-warna terang, bot, rantai, tindik, jaket kulit, kaus hitam, celana jins ketat balel. Padahal semangat independen dan mandiri yang membuat komunitas ini berbeda. Konsep "do it yourself" mereka berupaya berdiri sendiri dan melangkah dengan gayanya sendiri seperti ditulis Majalah Tempo edisi 13-19 Februari 2012.
Sejumlah literatur dan catatan sejarah menyebutkan, punk berasal dari singkatan Public United Nothing Kingdom artinya sekumpulan anti peraturan kerajaan. Mereka itu sangat anti dengan peraturan kerajaan. Mereka menilai peraturan itu hanya bisa memaksa tanpa memikirkan penderitaan rakyat. Punk lahir sebagai gerakan perlawanan anak muda berlandaskan keyakinan mereka.
Semangat itulah yang kemudian melahirkan kegiatan-kegiatan di bidang sosial, ekonomi, dan seni budaya di sejumlah kota di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta.
RINA WIDIASTUTI| HERU TRIYONO
0 comments:
Post a Comment