Ditemukan Pengobatan Untuk Alergi Kacang

iklan
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Ditemukan Pengobatan Untuk Alergi Kacang
Oct 12th 2011, 07:37

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kacang tak lagi asing kita temui. Apalagi makanan tersebut seringkali hadir melengkapi masakan-masakan Melayu atau dikonsumsi sebagai camilan. Tak jarang terdengar makanan kaya protein ini menyebabkan alergi pada orang-orang tertentu. Alergi kacang adalah salah satu dari delapan jenis alergi makanan yang umum terjadi.

Kini sejumlah ilmuwan memiliki solusi bagaimana memperkecil alergi terhadap jenis kudapan renyah ini dengan trik sistem kekebalan tubuh. Secara teknis, sebenarnya bukan kacang yang menjadikan tubuh kita mengalami alergi. Tak lain adalah reaksi ekstrim sistem kekebalan tubuh kita terhadap kacang, yang dikenal sebagai anafilaksis.

National Institute of Health memperkirakan kasus anafilaksis yang terjadi di Amerika Serikat mencapai 15 hingga 30 ribu setiap tahun dan hanya seratus yang sampai menyebabkan kematian. Tak ada pengobatan yang tersedia untuk alergi. Reaksi parah yang muncul seringkali terjadi penyempitan saluran pernafasan secara tiba-tiba, penurunan tekanan darah, syok dan akhirnya kehilangan kesadaran atau bahkan berujung pada kematian.

Peneliti dari Universitas Northwestern di Chicago mengklaim telah menemukan solusinya. Kuncinya hanyalah bagaimana menemukan cara respon pendek pada sirkuit sistem kekebalan tubuh terhadap protein kacang. Peneliti Paulus Bryce dan Miller Stephen melakukan percobaan melekatkan protein kacang pada sel-sel darah, yang kemudian diperkenalkan kembali ke tubuh. Sel T dalam sistem kekebalan tubuh kemudian mengenali sel darah yang telah ditempeli protein kacang tersebut. Sehingga mulai membangun toleransi terhadap protein ini.

Metode ini sebenarnya telah digunakan sebelumnya untuk mengobati penyakit otoimun. Dan saat ini para peneliti memodifikasinya untuk serangan alergi terhadap makanan. Mereka telah menguji mekanisme ini dalam tubuh tikus. Protein kacang ditempatkan pada leukosit dan memasukkannya kembali dalam tubuh tikus. Hanya dua kali perlakuan, ternyata tikus mampu memakan kacang tanpa reaksi alergi. "Ini cara baru yang menarik. Kita bisa mengatur penyakit alergi dan memutusan tindakan klinis untuk pasien," ujar Bryce.

I io9 | The Telegraph | Ismi Wahid

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment