Penelitian baru menunjukkan banyak dokter tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan benar, sehingga membuat nyawa pasien menghadapi risiko.
Kardiolog atau dokter spesialis jantung Oscar Garfein mengambil data tekanan darah dari kedua lengan pasiennya. Teknik itu menyelamatkan nyawa pasiennya.
Ia mengatakan, "Saya mendapati bahwa di salah satu lengan, tekanan darahnya sangat rendah, dan di lengan satunya lagi normal. Ini membantu saya membuat diagnosis mengenai suatu kemungkinan keadaan yang mematikan."
Rutinitas Garfein itu didukung oleh sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa data yang berbeda pada lengan kanan dan kiri bisa menjadi pertanda penyakit jantung atau masalah pembuluh darah. Bila kedua data tekanan darah sistolik – tekanan darah dalam pembuluh darah sewaktu jantung berkontraksi - ada selisih 15 atau lebih, ini mengisyaratkan: penyempitan pembuluh darah pada kaki, berkurangnya aliran darah ke otak, penyakit jantung, dan peningkatan 70 persen pada risiko meninggal akibat serangan jantung atau stroke. Bila penyakit jantung atau penyakit pembuluh darah didiagnosis secara dini, mengubah kebiasaan berisiko atau mengambil obat-obatan statin atau penurun kadar kolesterol darah dapat mengurangi angka kematian.
"Kami ingin mencari faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan, misalnya tekanan darah tinggi atau kebiasaan merokok atau kolesterol tinggi, dan mengobatinya dengan sangat agresif," ujar Dr. Garfield lagi.
Banyak kardiolog secara rutin memeriksa tekanan darah pada kedua lengan, namun praktek tersebut tidak begitu umum dalam kunjungan rutin ke dokter. Penelitian ini menegaskan pemeriksaan ganda bisa menandakan suatu masalah pokok yang berkaitan dengan pembuluh darah pada pasien yang nampak sehat. Penelitian itu menunjukkan tidaklah penting berapa angka sistoliknya; yang penting adalah perbedaan antara kedua data.
"Semua proses itu memakan waktu sekitar satu menit, dan kita dapat menemukan sesuatu yang seringkali benar-benar mengarah pada fakta bahwa pasien ini punya penyakit terkait pembuluh darah," tambah Dr. Garfield.
Penelitian tersebut dimuat dalam jurnal kesehatan Inggris, the Lancet.
0 comments:
Post a Comment